Aku terbangun sebagai tokoh antagonis dalam sebuah novel. Tokoh wanita yang, dalam cerita aslinya, mati tragis karena terlalu menginginkan pemeran utama pria. Namun aku memilih jalan yang berbeda—menjadi bangsawan kaya yang menjalani hidup tenang tanpa campur tangan siapa pun. “Kamu pernah bilang ingin memelihara anjing, kan? Jadi, kakakmu ini memburu satu untukmu. Bagaimana? Cukup mengesankan, bukan, kemampuan berburu kakakmu ini?” …Itu sebelum ia menyeret pulang pria yang ternyata adalah serigala dalam wujud manusia. Tanpa pilihan lain, aku akhirnya harus merawatnya. Setelah melewati banyak hal, aku berhasil membuatnya jinak. Sekarang, aku hanya perlu menemukan pemeran utama wanita yang menghilang entah ke mana—dan menyerahkan tali kekangnya. Seharusnya, semuanya berakhir di situ. Namun… “Sudah bosan padaku?” “Tidak mungkin.” “Lalu kenapa terus-menerus mencoba memberikanku pada orang lain?” Mungkin karena ia sudah terlalu lama berada di sisiku. Ia mulai kehilangan kemampuan bersosialisasi… bahkan tampak memiliki kecemasan saat berpisah. “Perempuan itu… akan menjadi seseorang yang penting bagi Yang Mulia.” “Orang yang penting bagiku hanyalah kamu.” “Kau benar-benar yakin?” “Ya. Aku sudah terikat....” Ia membisikkan kata-kata itu, lembut namun pasti, sambil menurunkan pandangannya padaku. “Padamu.” Mata keemasannya yang sempit dan redup—dipenuhi dengan sesuatu yang tak bisa lagi kusebut sekadar ketertarikan. Obsesi.