Yusei bersikeras bahwa dia membenci sahabatnya—atau setidaknya, itulah yang dia yakinkan pada dirinya sendiri. Itsuki, sahabatnya yang berbakat, menawan, dan tampak sempurna, seolah-olah menyia-nyiakan potensinya. Padahal, Itsuki bisa dengan mudah masuk universitas bergengsi mana pun atau bergabung dengan tim olahraga ternama, namun dia justru memilih untuk menghabiskan waktunya bersama Yusei. Terjebak dalam perasaan yang tak sepenuhnya dia pahami, Yusei berpura-pura membenci Itsuki, berharap itu bisa membantunya mengatasi emosi yang dia rasakan atau setidaknya menjaga jarak dari satu-satunya orang yang begitu berarti baginya. Tapi, apakah kepura-puraan itu cukup untuk mengubah hati Yusei? Dan bagaimana dengan perasaan Itsuki?