“Kau membuatku sengsara.”

Suamiku, Carlothian, mencintai orang suci kekaisaran.

Setelah kecemburuan yang buruk, yang tersisa adalah stigma mengutuk orang suci.

Itu terjadi ketika aku menyerahkan segalanya setelah begitu banyak penyesalan.

“Jadi tubuh yang kumiliki adalah penjahat abad ini yang mengutuk orang suci?”

Oh ayolah, bukan aku. Seorang penyanyi yang kehilangan suaranya dalam kecelakaan mobil, ‘Aku,’ membuka mataku. Dengan tubuh yang tidak bisa lagi bernyanyi, aku bermaksud untuk mati begitu saja.

“Aku tidak akan membiarkanmu mati.”

Suamiku, yang pernah mencintai orang suci itu, bersikap aneh. Kenapa sekarang?

Aku bukan Ariadeline yang tenggelam dalam cinta.

“Apa yang sebenarnya kau pikirkan?”

“Aku berpikir untuk membuatmu mencintaiku lagi.”

Tidak seperti diriku yang bingung, Carlothian tersenyum.

“Kau sudah mencintaiku sekali.”

Karena kau sudah mencintaiku sekali, bukankah mencintaiku dua kali akan lebih mudah?

Suara tangisan memenuhi ruangan dengan pekat.